SURABAYA-Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara membuat publik prihatin, termasuk warga Surabaya. Sa...
SURABAYA-Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara membuat publik prihatin, termasuk warga Surabaya. Salah satunya Lia Istifhama, bakal calon wakil wali kota Surabaya dari PDI Perjuangan. Perempuan cantik ini mengaku prihatin dan turut berduka cita atas jatuhnya korban dari pihak kepolisian maupun masyarakat.
Menurut Pengurus Fatayat NU Jatim ini, warga Surabaya juga pernah mengalami rangkaian teror bom tahun lalu. Salah satunya menyasar ke Mapolrestabes Surabaya dan gereja. Karena itu, Lia mengkampanyekan gerakan sadar lingkungan (GSL) dengan saling mengenal tetangga di kanan-kiri. Bila ada tetangga yang tidak bersosialisasi atau menutup diri harus ditegur sapa.
"Banyak terjadi pelaku bom bunuh diri dilakukan oleh orang yang menutup diri dan membatasi pergaulan di lingkungannya. Seringkali warga atau pengurus lingkungan seperti RT dan RW membiarkan saja atas pertimbangan privacy. Ini tidak boleh lagi terjadi, jangan cuek dan sungkan pada warga tersebut. Tegur dan ajak mereka bersosialisasi," tegas perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu, Rabu (13/11).
Dosen perguruan tinggi swasta di Surabaya ini menambahkan, gerakan gotong-royong dan sapa tetangga harus kembali digalakkan. Jangan sampai lagi terjadi pelaku teror ternyata adalah tetangga kita sendiri. Karena itu kegiatan lingkungan dengan semangat gotong-royong harus rutin dilakukan.
Dengan begitu, bila ada pendatang atau tetangga yang punya gelagat tidak biasa, bisa segera diantisipasi atau terdeteksi sejak dini. Karena itu Ketua RT harus mendata warganya dan sering menyambangi warga. Demikian pula warga, harus saling berkunjung dengan warga.
"Kita harus mulai peduli dan saling mengenal antar tetangga. Harus tahu kerjanya apa, kesehariannya bagaimana. Kalau ada yang janggal, laporkan pada Ketua RT atau RW agar ditindaklanjuti. Prinsipnya lebih baik mencegah dari pada menanggung derita," urai kandidat Doktor UINSA Surabaya itu.
Keponakan Khofifah Indar Parawansa ini melanjutkan, deteksi dini juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Satu diantaranya dengan memasang cctv atau kamera tersebunyi di lingkungan permukiman. Dengan adanya kamera tersembunyi ini diharapkan bisa mendeteksi bila ada potensi gangguan, baik itu kriminalitas maupun tindak terorisme.
"Sebagai kota metropolitan, saya berharap semua lingkungan di Surabaya sudah terkover oleh cctv. Dengan begitu akan memudahkan pihak aparat untuk mendeteksi gangguan keamanan," pungkas semifinalis Ning Surabaya 2005 tersebut. (dir)
Menurut Pengurus Fatayat NU Jatim ini, warga Surabaya juga pernah mengalami rangkaian teror bom tahun lalu. Salah satunya menyasar ke Mapolrestabes Surabaya dan gereja. Karena itu, Lia mengkampanyekan gerakan sadar lingkungan (GSL) dengan saling mengenal tetangga di kanan-kiri. Bila ada tetangga yang tidak bersosialisasi atau menutup diri harus ditegur sapa.
"Banyak terjadi pelaku bom bunuh diri dilakukan oleh orang yang menutup diri dan membatasi pergaulan di lingkungannya. Seringkali warga atau pengurus lingkungan seperti RT dan RW membiarkan saja atas pertimbangan privacy. Ini tidak boleh lagi terjadi, jangan cuek dan sungkan pada warga tersebut. Tegur dan ajak mereka bersosialisasi," tegas perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu, Rabu (13/11).
Dosen perguruan tinggi swasta di Surabaya ini menambahkan, gerakan gotong-royong dan sapa tetangga harus kembali digalakkan. Jangan sampai lagi terjadi pelaku teror ternyata adalah tetangga kita sendiri. Karena itu kegiatan lingkungan dengan semangat gotong-royong harus rutin dilakukan.
Dengan begitu, bila ada pendatang atau tetangga yang punya gelagat tidak biasa, bisa segera diantisipasi atau terdeteksi sejak dini. Karena itu Ketua RT harus mendata warganya dan sering menyambangi warga. Demikian pula warga, harus saling berkunjung dengan warga.
"Kita harus mulai peduli dan saling mengenal antar tetangga. Harus tahu kerjanya apa, kesehariannya bagaimana. Kalau ada yang janggal, laporkan pada Ketua RT atau RW agar ditindaklanjuti. Prinsipnya lebih baik mencegah dari pada menanggung derita," urai kandidat Doktor UINSA Surabaya itu.
Keponakan Khofifah Indar Parawansa ini melanjutkan, deteksi dini juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Satu diantaranya dengan memasang cctv atau kamera tersebunyi di lingkungan permukiman. Dengan adanya kamera tersembunyi ini diharapkan bisa mendeteksi bila ada potensi gangguan, baik itu kriminalitas maupun tindak terorisme.
"Sebagai kota metropolitan, saya berharap semua lingkungan di Surabaya sudah terkover oleh cctv. Dengan begitu akan memudahkan pihak aparat untuk mendeteksi gangguan keamanan," pungkas semifinalis Ning Surabaya 2005 tersebut. (dir)
COMMENTS